Sains Indonesia telah kehilangan makna
Makalah ini telah dipresentasikan dengan judul awal Reclaiming back the strength of (any) nations with open science and why the military should be the forefront (Mengklaim kembali kekuatan bangsa menggunakan sains terbuka dan mengapa militer dapat menjadi garda terdepan), dalam acara Pembekalan Seminar Pasis Dikreg XLVI Sesko TNI TA 2019, tanggal 10 Juli 2019. Slide ditulis dalam Bahasa Inggris karena ada perwakilan negara asing sebagai peserta, tetapi dipresentasikan dalam Bahasa Indonesia. Dalam slide awal ini, saya menyampaikan pentingnya Kemenhan untuk menjadi contoh kementerian lainnya dalam hal "bela negara" yang diartikan secara luas. Salah satunya adalah cara Indonesia mengukur keberhasilan risetnya. Saat ini, saya ibaratkan bahwa pemerintah berusaha memotret kondisi peneliti Indonesia menggunakan kamera pinjaman. Kamera pinjaman itu digunakan dengan atas nama internasionalisasi dan pemeringkatan institusi (bahkan pemeringkatan nasional). Hasilnya tentunya belum tentu sesuai dengan potensi peneliti Indonesia. Selain itu masalah berikutnya adalah penggunaan peringkat sebagai ukuran keberhasilan kegiatan riset, pada semua level, sejak pribadi hingga nasional.
Selain menjadi contoh, dalam slide tersebut saya kemukaan agar Kemenhan menjadi bagian dari motor penggerak pengembangan ilmu, karena TNI ada di mana-mana, dan di seluruh lokasi di Indonesia. Para perwira TNI dapat menjangkau berbagai lokasi yang tidak mampu dijangkau oleh para peneliti umumnya. TNI juga dapat dikembangkan sebagai salah satu simpul komunikasi sains, seperti halnya Angkatan Bersenjata (AB) LN, yang juga mengelola berbagai sumber daya informasi yang terbuka.